TUGAS SOFTSKILL
PERAN KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI
2KA24
Nama : Afify Marus (10114399)
Kelas
:
2KA24
SISTEM INFORMASI
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan tanda rasa syukur
kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul KOMUNIKASI DALAM ORGANISASI. Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari
Teori Organisasi Umum.
Penulis
menyadari bahwa didalam penyelesaian makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan data dan kemampuan penulis yang
masih dalam tahap belajar. Untuk itu penulis sangat menghargai setiap saran dan
kritik untuk perbaikan dan pengembangan makalah ini.
Akhir kata,
penulis berharap semoga makalah ini dapat berguna untuk mahasiswa/i
Universitas Gunadarma pada khususnya dan
pihak yang akan menggunakan makalah ini untuk berbagai hal pada umumnya, dan
sekaligus dapat bermanfaat untuk mahasiswa/i Universitas Gunadarma.
Jakarta, 17 Oktober
2015
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... 1
DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang................................................................................................. 4
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 6
2.1 Definisi Komunikasi........................................................................................ 6
2.1.1 Komunikasi secara Umum .......................................................................... 6
2.1.2 Komunikasi menurut para
ahli................................................................... 6
2.2 Unsur-Unsur Komunikasi.......................................................................
7
2.3 Tahap-Tahap Berkomunikasi......................................................................... 8
2.4 Definisi Organisasi ........................................................................................ 10
2.4.1 Organisasi secara Umum........................................................................... 10
2.4.2 Organisasi menurut para ahli.................................................................... 10
2.5 Komunikasi dalam Organisasi .................................................................... 11
2.6 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi......................................................... 12
2.7 Proses Komunikasi dalam Organisasi ........................................................ 14
2.7.1 Komunikasi Internal ................................................................................. 14
2.7.2 Komunikasi Eksternal ............................................................................... 15
2.8 Gaya Komunikasi dalam Organisasi............................................................ 16
2.9 Bentuk Komunikasi dalam Organisasi........................................................ 18
2.9.1 Komunikasi Berdasarkan Bentuk ............................................................ 18
2.9.2 Komunikasi Berdasarkan Sasaran .......................................................... 18
2.9.3 Komunikasi Berdasarkan Arah Pesan .................................................... 19
2.10 Peran Komunikasi dalam organisasi ........................................................ 20
2.11 Hambatan Komunikasi dalam Organisasi................................................. 21
2.12 Cara Mengatasi Hambatan
Komunikasi dalam Organisasi................... 23
2.13 Contoh Studi Kasus..................................................................................... 24
BAB III PENUTUP............................................................................................. 27
3.1 Kesimpulan .................................................................................................... 27
3.2 Saran .............................................................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................... 29
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Manusia
di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain, membutuhkan
kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu
hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi
sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Di dalam kelompok ataupun
organisasi selalu terdapat bentuk kepemimpinan yang merupakan masalah penting
untuk kelangsungan hidup kelompok yang terdiri dari atasan dan bawahannya.
Komunikasi
tidak hanya penting untuk manusia tetapi juga penting untuk sistem pengendalian
manajemen yang merupakan alat untuk
mengarahkan, memotivasi, memonitor atau mengamati serta evaluasi
pelaksanaan manajemen perusahaan yang mencoba mengarahkan pada tujuan organisasi
dalam perusahaan agar kinerja yang dilakukan oleh pihak manajemen perusahaan
dapat berjalan lebih efesien dan lancar, yang dimonitor atau yang diatur dalam
sistem pengendalian manajemen adalah kinerja dari perilaku manajer di dalam
mengelola perusahaan.
Merchant (1998)
mengatakan bahwa orientasi perilaku berhubungan dalam lingkungan pengendalian
manajemen. Perilaku berpengaruh dalam desain sistem
pengendalian manajemen untuk membantu mengendalikan, memotivasi manajemen
dalam mengambil keputusan dan memonitor perilaku yang dapat mengendalikan
aktivitas-aktivitas yang terjadi dalam sebuah organisasi. Sistem pengendalian
manajemen adalah sejumlah struktur komunikasi yang saling berhubungan yang
mengklasifikasikan proses informasi yang dapat membantu manajer dalam
mengkoordinasi bagiannya untuk mengubah perilaku dalam pencapaian tujuan
organisasi yang diharapkan pada dasar yang berkesinambungan (Maciarriello dan
Kirby, 1994). Untuk membentuk suatu kerja sama yang baik jelas perlu adanya
komunikasi yang baik antara unsur-unsur yang ada di dalam organisasi tersebut.
Komunikasi yang baik akan menimbulkan saling pengertian dan kenyamanan dalam
bekerja.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1. Apa definisi komunikasi?
2. Apa unsur-unsur dalam Komunikasi?
3. Bagaimana tahap-tahap berkomunikasi?
4. Apa definisi Organisasi?
5. Apa komunikasi dalam organisasi?
6. Apa fungsi komunikasi dalam
organisasi?
7. Bagaimana proses komunikasi dalam
organisasi?
8. Bagaimana gaya komunikasi dalam
organisasi?
9. Apa Bentuk Komunikasi dalam Organisasi?
10. Bagaimana peranan komunikasi dalam
organisasi?
11. Apa saja hambatan komunikasi dalam
organisasi?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi Komunikasi
2.1.1 Komunikasi secara Umum
Komunikasi adalah suatu proses
dimana seseorang atau beberapa orang, kelompok, organisasi, dan masyarakat
menciptakan dan menggunakan informasi agar terhubung dengan lingkungan dan
orang lain.
2.1.2 Komunikasi menurut
para ahli
1. Himstreet
& Baty
Komunikasi adalah suatu proses
penukaran informasi antar individu melalui suatu sistem yang biasa (lazim),
baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau tindakan.
2. The
Odorson & The Dorson
Komunikasi adalah penyebaran
informasi, ide-ide sebgai sikap atau emosi dari seseorang kepada orang lain
terutama melalui simbol-simbol.
3. Charles H.
Cooley
Komunikasi berarti suatu mekanisme
hubungan antar manusia dilakukan dengan mengartikan simbol secara lisan dan membacanya
melalui ruang dan menyimpan dalam waktu.
2.2
Unsur-Unsur Komunikasi
1. Komunikator
/ Pengirim / Sender
Merupakan orang yang menyampaikan
isi pernyataannya kepada komunikan. Komunikator bisa tunggal, kelompok atau organisasi
pengirim berita. Komunikator bertanggung jawab dalam hal mengirim berita dengan
jelas, memilih media yang cocok untuk menyampaikan pesan tersebut, dan meminta
kejelasan pesan telah diterima dengan baik. Untuk itu, seorang komunikator
dalam menyampaikan pesan atau informasi harus memperhatikan dengan siapa dia
berkomunikasi, apa yang akan dia sampaikan dan bagaimana cara menyampaikannya.
2. Komunikan
/ Penerima / Receiver
Merupakan penerima pesan atau
berita yang disampaikan oleh komunikator. Dalam proses komunikasi, penerima
pesan bertanggung jawab untuk dapat mengerti isi pesan yang disampaikan dengan
baik dan benar. Penerima pesan juga memberikan umpan balik kepada pengirim
pesan untuk memastikan bahwa pesan telah diterima dan dimengerti secara
sempurna.
3. Saluran /
Media / Channel
Merupakan saluran atau jalan yang
dilalui oleh isi pernyataan komunikator kepada komunikasi dan sebaliknya. Pesan
dapat berupa kata-kata atau tulisan, tiruan, gambaran atau perantara lain yang
dapat digunakan untuk mengirim melalui berbagai channel yang berbeda seperti
telepon, televisi, fax, photo copy, email, sandi morse, smartphone, sms, dan
sebagainya. Pemilihan channel dalam
proses komunikasi tergantung pada sifat berita yang akan disampaikan (Wursanto,
1994).
2.3 Tahap-Tahap
Berkomunikasi
1. Tahap Ideasi
Tahap ideasi (ideation), yaitu proses pencipataan gagasan atau informasi yang dilakukan oleh komunikator.
2. Tahap Ecoding
Tahap encoding adalah gagasan atau informasi disusun dalam serangkain bentuk simbol atau sandi
yang dirancang untuk dikirimkan kepada komunikan dan juga pemilihan saluran dan
media komunikasi yang akan digunakan. Simbol atau sandi dapat berbentuk
kata-kata (lisan maupun tertulis), gambar (poster atau grafik), atau tindakan.
3. Tahap Pengiriman
Tahap pengiriman (transmitting) adalah gagasan atau
pesan-pesan yang telah disimbolkan atau disandikan (encoded) melalui saluran dan media komunikasi yang tersedia dalam
organisasi. Pengiriman pesan dapat dilakukan dengan berbicara, menulis, menggambar,
dan bertindak. Saluran
yang dilalui pesan-pesan disebut media komunikasi. saluran dan media
komunikasinya dapat berbentuk lisan (telepon,
temu-muka langsung) atau tertulis (papan pengumuman, poster dan buku pedoman),
mengalir kebawah (memo
dan instruksi tertulis), keatas (kotak
saran, grievance prosedure, laporan
prestasi kerja), atau ke samping (panitia,
pertemuan antar departemen), formal (diskripsi
jabatan dan prosedur kerja, konferensi) atau informal (ngobrol makan siang di kafetaria perusahaan), dan
aliran satu arah (laporan tahunan yang dipublikasikan) atau dua arah
(konferensi, wawancara pemutusan hubungan kerja).
4. Tahap Penerimaan.
Setelah pesan dikirimkan melalui
media komunikasi, maka diterima oleh komunikan. Penerimaan pesan ini dapat
melalui proses mendengarkan, membaca, atau mengamati tergantung pada
saluran dan media yang digunakan untuk mengirimkannya. Jika informasi atau
pesan berbentuk komunikasi lisan, maka seringkali kegagalan dalam mendengarkan
dan berkonsentrasi mengakibatkan hilangnya pesan-pesan tersebut.
5. Tahap Encoding
Tahap encoding adalah di mana
pesan-pesan yang diterima diinterprestaikan, dibaca, diartikan, dan diuraikan
secara langsung atau tidak langsung melalui suatu proses berpikir. Pikiran
manusia, sistem memori mekanis, instink binatang, dan proses berpikir lainnya
berfungsi sebagai mekanisme decoding.
Dalam tahap decoding ini dapat
terjadi ketidaksesuaian atau bahkan penolakan terhadap gagasan atau idea yang
di”encoding” oleh
komunikator dikarenakan adanya hambatan teknis, dan lebih-lebih adanya
perbedaan persepsi antara komunikator dan persepsi komunikan dalam hal arti
kata atau semantik.
6. Tahap Tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh
komunikan sebagai respon terhadap pesan-pesan yang diterimanya merupakan tahap
terakhir dalam suatu proses komunikasi. Dalam tahap ini, respon komunikan dapat
berbentuk usaha melengkapi informasi, meminta informasi tambahan, atau
melakukan tindakan-tindakan lain. Jika setiap pesan yang dikirimkan komunikator
menghasilkan respon tindakan seperti apa yang diharapkan, maka dapat dikatakan
telah terjadi komunikasi yang efektif.
2.4
Definisi Organisasi
2.4.1 Organisasi secara Umum
Organisasi (Yunani: ὄργανον, organon - alat) adalah suatu kelompok orang
dalam suatu wadah untuk tujuan bersama.
2.4.2
Organisasi menurut para ahli
1.
Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang
melalui mana orang-orang di bawah pengarahan atasan mengejar tujuan bersama.
2.
James
D. Mooney
Organisasi
adalah bentuj setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan bersama.
3.
Chester
I. Bernard
Organisasi
adalah merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua
orang atau lebih.
4.
Stephen
P. Robbins
Organisasi
adalah kesatuan (entity) social yang dikoordinasikan secara sadar, dengan
sebuah batasan yang relative dapat diindentifikasi, yang bekerja atas dasar
yang relative terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok
tujuan.
2.5
Komunikasi dalam Organisasi
Istilah “komunikasi” ini berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata “communis” yang berarti “sama” (common). Jika
kita akan mengkomunikasikan suatu idea atau gagasan, maka kita harus menetapkan
terlebih dahulu suatu dasar
titik-temu yang sama untuk mencapai suatu pemahaman atau pengertian.
Komunikasi juga sebagai suatu tindakan
mendorong pihak lain untuk menginterpretasikan suatu idea dalam suatu cara yang
diinginkan oleh pembicara atau penulis.
Komunikasi organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi, hubungan antarmanusia, komunikasi dan
proses pengorganisasian serta budaya organisasi. Komunikasi organisasi diberi batasan sebagai arus pesan
dalam suatu jaringan yang sifat hubungannya saling bergantung satu sama lain
meliputi arus komunikasi vertikal dan horizontal.
2.6 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi
Organisasi
menurut para ahli
1. Sendjaja
a. Fungsi Informatif
Organisasi
dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota
dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak,
lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota
organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang
dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
b. Fungsi Regulatif
Fungsi ini
berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi.
Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif, yaitu:
1. Berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam tataran manajemen,
yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang
disampaikan. Juga memberi perintah atau intruksi supaya
perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya.
2. Berkaitan
dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja.
Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh
dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
c. Fungsi
Persuasif
Dalam mengatur
suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil
sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang
lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab
pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan
kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan
kekuasaan dan kewenangannya.
d. Fungsi
Integratif
Setiap
organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan
tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal
seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan
laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti
perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga
ataupun kegiatan darmawisata.
2.
Scott dan
T.R. Mitchell
a.
Kendali,
control, pengawasan.
b.
Motivasi.
c.
Pengungkapan
emosional.
d.
Informasi.
3.
Thayer
a.
Memberi informasi.
b.
Membujuk.
c.
Memerintah.
d. Memberi instruksi.
e. Mengintegrasikan organisasi.
2.7
Proses Komunikasi dalam Organisasi
2.7.1 Komunikasi
Internal
Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota
dalam ruang lingkup suatu organisasi, dalam struktur lengkap yang khas disertai
pertukaran gagasan secara horisontal dan vertikal, sehingga kerja organisasi
dapat berjalan. Komunikasi internal terdiri atas empat bagian, yaitu :
1.
Downward Communication (komunikasi dari atas ke bawah) :
Komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang
berada pada tataran manajer atau supervisor mengirimkan pesan kepada
bawahannya.
Fungsi komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
a.
Pemberian atau penyimpanan instruksi kerja.
b.
Penjelasan dari pimpinan
tentang mengapa suatu tugas perlu untuk
dilaksanakan.
c.
Penyampaian informasi mengenai peraturan-peraturan yang
berlaku.
d.
Pemberian motivasi kepada karyawan untuk bekerja lebih
baik.
Metode komunikasi dari atas ke bawah antara lain :
a.
Metode tulisan.
b.
Metode lisan.
c.
Metode tulisan diikuti lisan.
d.
Metode lisan diikuti tulisan.
2.
Upward Communication (komunikasi dari bawah ke atas) :
Komunikasi yang terjadi
ketika bawahan mengirim pesan kepada atasannya.
Fungsi komunikasi dari bawah ke atas antara lain :
a.
Penyampaian informai tentang pekerjaan ataupun tugas yang
sudah dilaksanakan.
b.
Penyampaian informasi tentang persoalan-persoalan
pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan.
c.
Penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan.
d.
Penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri
maupun pekerjaannya.
Komunikasi ke atas menjadi terlalu
rumit dan menyita waktu dan mungkin hanya segelintir kecil manajer organisasi
yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Alasan mengapa
komunikasi ke atas terlihat sulit dan rumit :
a.
Kecenderungan bagi pegawai untuk menyembunyikan pikiran
mereka.
b.
Perasaan bahwa atasan mereka tidak tertarik kepada
masalah yang dialami pegawai.
c.
Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang
dilakukan pegawai.
d.
Perasaan bahwa atasan tidak dapat dihubungi dan tidak
tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.
3.
Horizontal Communication (komunikasi sesama) :
Komunikasi yang berlangsung
di antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan yang setara.
Fungsi komunikasi sesama antara lain :
a.
Memperbaiki koordinasi tugas.
b.
Upaya pemecahan masalah.
c.
Saling berbagi informasi.
d.
Upaya pemecahan konflik.
e.
Membina hubungan dan mempererat kekeluargaan melalui
kegiatan bersama.
4.
Interline Communication (komunikasi lintas saluran) :
Komunikasi untuk berbagi
informasi melewati batas-batas fungsional. Spesialis staf biasanya paling aktif
dalam komunikasi lintas-saluran ini karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional. Kondisi
yang harus dipenuhi dalam komunikasi lintas-saluran :
a.
Setiap pegawai yang ingin berkomunikasi melintas saluran
harus meminta izin terlebih dahulu dari atasannya langsung.
b.
Setiap pegawai yang terlibat dalam komunikasi
lintas-saluran harus memberitahukan hasil komunikasinya kepada atasannya.
2.7.2 Komunikasi Eksternal
Proses komunikasi di antara para pengurus dan anggota
suatu organisasi dengan orang atau masyarakat umum.
1.
Komunikasi dari organisasi kepada masyarakat.
Contohnya : konferensi pers, iklan, brosur
2.
Komunikasi dari masyarakat kepada organisasi.
Contohnya : menerima saran kritik, hotline customer
service 24 jam
2.8 Gaya Komunikasi dalam Organisasi
1.
The
Controlling Style
controlling
style communication ditandai dengan adanya satu kehendak atau maksud untuk
membatasi, memaksa dan mengatur perilaku, pikiran dan tanggapan orang lain.
Orang-orang yang menggunakan gaya komunikasi ini dikenal dengan nama
komunikator satu arah atau one-way communications.
2. The equalitarian style
Dalam gaya komunikasi ini, tindak
komunikasi dilakukan secara terbuka. Artinya, setiap anggota organnisasi The Equalitarian Style dapat
mengungkapkan gagasan ataupun pendapat dalam suasana yang rileks, santai dan
informal. Dalam suasana yang demikian, memungkinkan setiap anggota organisasi
mencapai kesepakatan dan pengertian bersama. Aspek penting gaya komunikasi ini
ialah adanya landasan kesamaan. The
equalitarian style of communication ini ditandai dengan berlakunya arus
penyebaran pesan-pesan verbal secara lisan maupun tertulis yang bersifat dua
arah (two-way communication).
3. The
Structuring Style
Gaya komunikasi yang berstruktur ini,
memanfaatkan pesan-pesan verbal secara tertulis maupun lisan guna memantapkan
perintah yang harus dilaksanakan, penjadwalan tugas dan pekerjaan serta
struktur organisasi. Pengirim pesan (sender)
lebih memberi perhatian kepada keinginan untuk memengaruhi orang lain dengan
jalan berbagi informasi tentang tujuan organisasi, jadwal kerja, aturan dan
prosedur yang berlaku dalam organisasi tersebut mereka bahwa pemrakarsa (initiator) struktur yang efisien adalah
orang-orang yang mampu merencanakan pesan-pesan verbal guna lebih memantapkan
tujuan organisasi, kerangka penugasan dan memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan yang muncul.
4. The Dynamic
style
Gaya komunikasi yang dinamis ini
memiliki kecenderungan agresif, karena pengirim pesan atau sender memahami
bahwa lingkungan pekerjaannya berorientasi pada tindakan (action-oriented). The dynamic
style of communication ini sering dipakai oleh para juru kampanye ataupun
supervisor yang membawa para wiraniaga (salesmen
atau saleswomen).
5. The
Relinguishing Style
Gaya komunikasi ini lebih mencerminkan
kesediaan untuk menerima saran, pendapat ataupun gagasan orang lain, daripada
keinginan untuk memberi perintah, meskipun pengirim pesan (sender) mempunyai hak untuk memberi perintah dan mengontrol orang
lain.
6. The
Withdrawal Style
Akibat yang muncul jika gaya ini digunakan adalah
melemahnya tindak komunikasi, artinya tidak ada keinginan dari orang-orang yang
memakai gaya ini untuk berkomunikasi dengan orang lain, karena ada beberapa persoalan
ataupun kesulitan antarpribadi yang dihadapi oleh orang-orang tersebut.
2.9
Bentuk Komunikasi dalam Organisasi
2.9.1 Komunikasi Berdasarkan Bentuk
a. Komunikasi Langsung
Komunikasi langsung tanpa
menggunakan alat. Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti
khusus dan penggunaan isyarat.
Contoh : Berbicara langsung kepada seseorang.
b. Komunikasi Tidak Langsung
Komunikasi tidak langsung
biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah penerima
pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan geografis waktu.
Contoh : Radio, televisi.
2.9.2 Komunikasi Berdasarkan Sasaran
a. Komunikasi Massa
Komunikasi massa adalah komunikasi
dengan sasarannya kelompok orang dalam jumlah yang besar.
Syarat-syarat komunikasi massa :
a. Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele.
b.
Bahasa yang
mudah dimengerti/dipahami.
c.
Bentuk
gambar yang baik.
d.
Membentuk
kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar radio.
b.
Komunikasi
kelompok
Komunikasi kelompok adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang
umumnya dapat dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal
balik.
Contoh :
Perawat dengan pengunjung puskesmas.
c.
Komunikasi
Perorangan
Komunikasi perorangan adalah komunikasi dengan tatap muka atau bisa dapat
juga melalui telepon.
Contoh :
perawat dengan pasien.
2.9.3
Komunikasi Berdasarkan Arah Pesan
a.
Komunikasi
satu arah
Komunikasi satu arah adalah komunikasi yang disampaikan oleh sumber kepada
sasaran tidak dapat atau tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan
balik atau bertanya.
Contoh :
Radio.
b.
Komunikasi
Timbal Balik
Komunikasi timbale balik adalah komunikasi yang disampaikan kepada sasaran
dan sasaran memberikan umpan balik.
Contoh :
komunikasi kelompok atau komunikasi perorangan.
2.10 Peran Komunikasi dalam Organisasi
Komunikasi dalam suatu organisasi
sangat penting agar tidak terjadinya salah penyampaian informasi antar anggota
dalam suatu organisasi dan agar tercapainya tujuan tertentu. Sebuah interaksi
yang bertujuan untuk menyatukan dan mensinkronkan seluruh aspek untuk
kepentingan bersama sangat dibutuhkan dalam sebuah tujuan berorganisasi. Dengan
kata lain, tanpa adanya sebuah interaksi yang baik niscaya sebuah organisasi
tidak akan mencapai tujuannya. Interaksi disini adalah mutlak meliputi seluruh
anggota organisasi yang dapat berupa penyampaian-penyampaian informasi,
instruksi tugas kerja atau mungkin pembagian tugas kerja. Interaksi sebenarnya
adalah proses hubungan komunikasi antara 2 orang atau lebih dimana orang yang
satu bertindak sebagai pemberi informasi dan orang yang lain berperan sebagai
penerima informasi. Intinya, korelasinya harus melibatkan dan terfokus kepada
orang-orang itu sendiri dalam suatu organisasi. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan komunikasi dapat dibilang juga sebagai proses penyampaian informasi
yang berguna untuk mengkoordinasikan lingkungan dan orang lain demi mencapai
suatu tujuan.
Sebuah bentuk organisasi pasti
mengedepankan sebuah komunikasi agar tercipta hasil yang selaras. Biasanya
proses komunikasi dalam suatu organisasi meliputi atasan dan bawahan dengan
penyampaian yang terarah dari suatu atasan ke bawan hannya yang semata-mata
semua berorientasi berdasarkan organisasi.
Tujuan komunikasi dalam sebuah
organisasi sangat memberikan banyak manfaat secara langsung yaitu memudahkan
para anggota bekerja dari instruksi-instruksi yang diberikan dari atasan dan
untuk mengurangi kesalahpahaman yang biasa terjadi dan memang sudah melekat
pada suatu organisasi. Apabila semua bawahan dan atasan dapat berinteraksi
dengan baik, maka seluruh kesalahpahaman yang beresiko mungkin akan berkurang,
karena tiap manusia mempunyai cara penyampaian komunikasi yang berbeda-beda
secara verbal. Dengan demikian semua pelaku organisasi harus berbicara,
bertindak satu sama lain guna untuk membangun suatu lingkungan kondusif dan mengetahui
situasi-situasi yang akan terjadi diluar dugaan karena kesalahan komunikasi
sekecil apapun pasti akan berakibat fatal.
2.11
Hambatan Komunikasi dalam Organisasi
1.
Hambatan dari Proses Komunikasi
a.
Hambatan
dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi
dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi oleh perasaan atau situasi
emosional.
b.
Hambatan
dalam penyandian/simbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang
dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti lebih dari satu, simbol yang
dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang
dipergunakan terlalu sulit.
c.
Hambatan
media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya
gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan
pesan.
d.
Hambatan
dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima
e.
Hambatan
dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada saat menerima
/mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari
informasi lebih lanjut.
f.
Hambatan
dalam memberikan balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya
akan tetapi memberikan interpretative, Hambatan
tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2. Hambatan
Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan (cacat tubuh misalnya orang yang tuna wicara), gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
3. Hambatan
Semantik
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
Faktor pemahaman bahasa dan penggunaan istilah tertentu. Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi kadang-kadang mempunyai arti yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima pesan. Misalnya : adanya perbedaan bahasa (bahasa daerah, nasional, maupun internasional).
4. Hambatan Psikologis
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim dan penerima pesan, sehingga menimbulkan emosi diatas pemikiran-pemikiran dari sipengirim maupun si penerima pesan yang hendak disampaikan.
5. Hambatan Manusiawi
Terjadi karena adanya
faktor, emosi dan prasangka pribadi, persepsi,
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
kecakapan atau ketidakcakapan, kemampuan atau ketidakmampuan alat-alat
pancaindera seseorang, dll.
2.12
Cara Mengatasi Hambatan Komunikasi dalam
Organisasi
1.
Gunakan umpan-balik
Beri kesempatan pada orang orang lain untuk
menyampaikan ide atau gagasannya, sehingga tercipta dua iklim komunikasi dua
arah.
2.
Kenali si penerima berita
a.
Bagaimana latar belakang pendidikannya,
b.
Bagaimana pengetahuan tentang subyek pembicaraan,
c.
Sejauh mana minat dan perasaan.
3. Rencanakan secara teliti
Pertimbangkan
baik-baik, misalnya : apa, mengapa, siapa, bagaimana, kapan.
2.13
Contoh Studi Kasus
Konflik PSSI-KPSI Semakin Sengit
JAKARTA - Konflik di persepakbolaan Indonesia, sepertinya akan berjalan
semakin sengit. Keinginan PSSI untuk mengkaji ulang isi MoU dengan Komite
Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), mendapat perlawanan dari organisasi
pimpinan La Nyalla M Mattalitti tersebut.
Keinginan PSSI untuk mengkaji ulang semua kesepakatan, seolah ditanggapi dengan santai oleh KPSI. KPSI menilai apa yang sudah dilakukannya saat ini, telah sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika PSSI ingin melaporkan semua tindakan yang dilakukan KPSI kepada AFC dan FIFA, KPSI mempersilahkan hal tersebut.
"Kami mempersilahkan apabila PSSI ingin melaporkan dan menggugatnya. Menurut kami, apa yang dilakukan KPSI selama ini sudah sesuai aturan dan memiliki dasar yang kuat," ungkap acting Sekertaris Jendral (Sekjen) KPSI, Tigor Shalomboboy.
“Kami punya dasar kuat, mulai mosi tidak percaya terhadap Djohar Arifin Husin yang dihadiri 452 anggota PSSI sampai KLB (Kongres Luar Biasa) di Ancol. Jadi, kami merasa benar dengan apa yang kami lakukan selama ini. Apabila mereka ingin menggugat gara-gara kop surat ya silakan saja, kami tidak takut,” tambahnya.
Senin (8/10), PSSI telah melayangkan pernyataan resmi tentang keinginannya untuk mengkaji ulang semua kesepakatan dengan KPSI. Beberapa poin penting untuk menyelesaikan konflik, memang sempat dikeluarkan dalam pertemuan tim Joint Committee (JC) di Kuala Lumpur, Malaysia, (20/9).
Adapun poin-poin yang disepakati menyangkut adalah masalah penyatuan liga, pembentukan tim nasional (timnas) Indonesia, pengembalian empat anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, revisi statuta, dan penyelenggaraan kongres. Akan tetapi menurut PSSI, KPSI telah melanggar beberapa kesepakatan yang ada.
"Sejak penandatanganan MoU antara PSSI, KPSI, dan PT Liga Indonesia (PT Liga), ada beberapa poin-poin yang dilanggar oleh KPSI. Jadi mengherankan jika KPSI bukannya membantu, tapi malah terus menggangu dan mengacaukan isi MoU," ungkap ketua umum (ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin.
"Kami melihat ada yang tidak sehat untuk sepakbola Indonesia. Sepertinya mereka berharap FIFA menghukum Indonesia. Kami sangat kecewa, kami akan laporkan ke Task Force, AFC, dan FIFA. Kami sungguh sangat kecewa dan menyesalkan hal ini," sambungnya.
Keinginan PSSI untuk mengkaji ulang semua kesepakatan, seolah ditanggapi dengan santai oleh KPSI. KPSI menilai apa yang sudah dilakukannya saat ini, telah sesuai dengan ketentuan yang ada. Jika PSSI ingin melaporkan semua tindakan yang dilakukan KPSI kepada AFC dan FIFA, KPSI mempersilahkan hal tersebut.
"Kami mempersilahkan apabila PSSI ingin melaporkan dan menggugatnya. Menurut kami, apa yang dilakukan KPSI selama ini sudah sesuai aturan dan memiliki dasar yang kuat," ungkap acting Sekertaris Jendral (Sekjen) KPSI, Tigor Shalomboboy.
“Kami punya dasar kuat, mulai mosi tidak percaya terhadap Djohar Arifin Husin yang dihadiri 452 anggota PSSI sampai KLB (Kongres Luar Biasa) di Ancol. Jadi, kami merasa benar dengan apa yang kami lakukan selama ini. Apabila mereka ingin menggugat gara-gara kop surat ya silakan saja, kami tidak takut,” tambahnya.
Senin (8/10), PSSI telah melayangkan pernyataan resmi tentang keinginannya untuk mengkaji ulang semua kesepakatan dengan KPSI. Beberapa poin penting untuk menyelesaikan konflik, memang sempat dikeluarkan dalam pertemuan tim Joint Committee (JC) di Kuala Lumpur, Malaysia, (20/9).
Adapun poin-poin yang disepakati menyangkut adalah masalah penyatuan liga, pembentukan tim nasional (timnas) Indonesia, pengembalian empat anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI, revisi statuta, dan penyelenggaraan kongres. Akan tetapi menurut PSSI, KPSI telah melanggar beberapa kesepakatan yang ada.
"Sejak penandatanganan MoU antara PSSI, KPSI, dan PT Liga Indonesia (PT Liga), ada beberapa poin-poin yang dilanggar oleh KPSI. Jadi mengherankan jika KPSI bukannya membantu, tapi malah terus menggangu dan mengacaukan isi MoU," ungkap ketua umum (ketum) PSSI, Djohar Arifin Husin.
"Kami melihat ada yang tidak sehat untuk sepakbola Indonesia. Sepertinya mereka berharap FIFA menghukum Indonesia. Kami sangat kecewa, kami akan laporkan ke Task Force, AFC, dan FIFA. Kami sungguh sangat kecewa dan menyesalkan hal ini," sambungnya.
PSSI pun membeberkan beberapa poin yang telah dilanggar KPSI. Adapun beberapa pelanggaran tersebut diantara adalah laga antara timnas KPSI dengan tim gabungan Arema FC – Pelita Jaya FC, dan satu tim lainnya Persegres Gresik di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (6/10).
Dalam hal ini PSSI menilai KPSI tidak berhak memakai logo PSSI di A-board dipinggir lapangan, penggunaan lambang Garuda di jersey pemain, menggunakan logo PSSI dalam hal surat menyurat, dan rencana KPSI untuk menggelar kongres pada 10 November mendatang. PSSI pun berjanji akan melaporkan semua pelanggaran tersebut kepada AFC dan FIFA.
“Mereka tidak menunjukkan itikad baik untuk memperbaiki persepakbolaan Indonesia. PSSI pun akan langsung berkordinasi dan malaporkan semua pelanggaran-pelanggara tersebut ke Task Force, AFC dan juga FIFA,” tutup Djohar. (http://www.okezone.com)
A. Bagaimana awal kasus
terjadi?
Karena ketua umum Nurdin Halid sempat menjadi terpidana, berdasarkan aturan
FIFA maka tidak bisa lagi menjabat menjadi ketua umum. Diadakan Kongres Luar
Biasa, dan terpilih Djohar Arifin Husin sebagai ketua umum PSSI. Namun
kepengurusan Djohar Arifin Husin pun dianggap tidak sah oleh sebagian orang dan
mereka membentuk kepengurusan tandingan bernama Komite Penyelamat Sepak bola
Indonesia (KPSI) dan membentuk Liga nya sendiri. Sehingga terdapat dua
kepengurusan, dengan adanya dua kepengurusan baik AFC maupun FIFA menganggap
belum ada kepengurusan sah untuk PSSI. Dalam rangga menghadapi piala AFF, kedua
kubu mulai melunak dibuktikan dengan masing-masing kubu mengikut sertakan
pemain berbakatnya pada masing-masing liga untuk bergabung dalam TIMNAS
Indonesia. Namun belum adanya kepemimpinan PSSI yang sah menurut AFC dan FIFA,
pemerintah tidak dapat memberikan dana untuk kegiatan piala AFF tersebut.
B. Apa yang mendasari
kasus terjadi?
Terpilihnya Djohar Arifin Husin sebagai ketua PSSI pun dianggap tidak sah
oleh sebagian orang dan mereka membentuk kepengurusan baru bernama Komite
Penyelamat Sepak bola Indonesia (KPSI), dan membentuk liga nya sendiri.
C. Apakah
perusahaan/organisasi/istitusi sudah berupaya melakukan penyelesaian atas kasus
tersebut?
Ketua Umum Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Tono Suratman
melakukan komunikasi langsung dengan PSSI dan Komite Penyelamat Sepak bola
Indonesia (KPSI).
Dari kubu KPSI, Tono mengaku memulai pertemuan dengan beberapa pentolan
KPSI seperti Harbiansyah Hanafiah, Hinca Pandjaitan, dan Syahrir Taher.
Sedangkan di kubu PSSI, Tono bertemu langsung dengan kepengurusan Djohar Arifin
Husin dan seluruh jajarannya.
Tidak hanya sampai sebatas itu, usaha KONI selesaikan konflik PSSI, langkah
lebih tinggi pun dilakukan Tono, seperti bertemu dengan Aburizal Bakrie dan
Nirwan Dermawan Bakrie. Kembali tidak sampai disitu usaha Tono untuk menyatukan
perbedaan persepsi diantara kedua kubu yang berseteru tersebut. Tono akhirnya
bisa membuat Nirwan dan Djohar duduk bersama dalam mencari solusi. Namun sampai
saat ini apa yang diharapkan KONI atas usahanya menyatukan PSSI gagal
terlaksana, konflik antara KPSI dengan PSSI pun belum terpecahkan.
D.
Secara keseluruhan bagaimana
pendapat anda atas kasus tersebut?
Kuatnya perbedaan
persepsi antar kubu sama saja menenggelamkan tujuan utama dibentuknya PSSI
yaitu sebagai alat pemersatu. Cara-cara penyelesaian konflik menurut Richard Y.
Chang adalah
1. Mengakui adanya konflik. Langkah ini merupakan
langkah awal untuk menyelesaikan konflik secara dini. Tanpa adanya pengakuan
secara sadar bahwa telah terjadi konflik maka masalah tidak akan pernah
terselesaikan. Kearifan dari semua pihak sangat diperlukan dalam proses ini.
2. Mengidentifikasi
konflik yang sebenarnya. Kita dapat
menyebutnya sebagai identifikasi masalah. Kegiatan ini sangat diperlukan dan
memerlukan keahlian khusus. Konflik dapat saja muncul dari sumber atau akar
masalah tertentu, namun masalah tersebut menjadi konflik bila tidak dikelola
dengan emosi yang baik. Oleh sebab itulah, perlu dipilah mana yang menjadi
masalah inti dan mana yang menjadi masalah karena hal-hal emosional. Masalah
inti merupakan masalah yang mendasari terjadinya konflik sedangkan emosi hanya
memperkeruh masalah itu saja.
3. Mendengarkan semua pendapat atau sudut
pandang dari aktor yang terlibat. Sederhananya, lakukan dengan pendapat dan
saran atau sharing dengan melibatkan semua pihak yang terlibat konflik untuk mengungkapkan
pendapatnya. Hindari menilai pendapat benar atau salah karena hal ini hanya
memperuncing masalah dan menjauhkan dari solusi. Fokuskan pembicaraan pada
fakta dan perilaku, bukan pada perasaan atau unsur-unsur personal/pribadi.
4. Bersama-sama mencari cara terbaik untuk
menyelesaikan konflik. Lakukanlah diskusi terbuka untuk memperluas wawasan dan
informasi serta alternatif solusi untuk menumbuhkan rasa saling percaya dan
hubungan yang sehat di antara semua yang terlibat konflik.
5. Mendapatkan
kesepakatan dan tanggung jawab untuk menemukan solusi. Doronglah pihak-pihak
yang terlibat konflik untuk saling bekerja sama memecahkan permasalahan secara
tepat. Buatlah seluruh pihak merasa tenang dan merasa diperlukan dan memerlukan
satu sama lain. Salah satu cara yang efektif adalah dengan saling memposisikan
dirinya pada peranan orang lain, sehingga akhirnya dapat dimengerti kenapa si A
bertindak begini, dan mengapa si B bertindak begitu, dan seterusnya.
6. Menjadwal sesi tindak
lanjut untuk mengkaji solusi yang dihasilkan. Pemberian tanggung jawab untuk
melaksanakan solusi memerlukan komitmen yang kuat. Oleh sebab itu perlu dikaji
solusi yang dihasilkan untuk mengetahui tingkat kefektifan dari solusi
tersebut.
Namun kehadiran konflik dalam suatu organisasi tidak dapat dihindarkan tetapi hanya dapat dieliminir. Tidak semua konflik merugikan organisasi. Konflik yang ditata dan dikendalikan dengan baik dapat berujung pada keuntungan organisasi sebagai suatu kesatuan, dalam kasus ini PSSI akan berjalan lebih baik dibanding sebelumnya. Sebaliknya apabila konflik tidak ditangani dengan baik serta mengalami eskalasi secara terbuka dapat merugikan kepentingan organisasi.
BAB
III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pada dasarnya komunikasi sangat diperlukan didalam
kehidupan sehari-hari dalam aspek apapun, baik itu dalam kegiatan berorganisasi
atau dalam kehidupan sehari-hari, dalam kegiatan berorganisasi, komunikasi
diperlukan dengan tujuan agar sebuah system atau komunikasi yang ada bisa terjalin
dengan sempurna dan lebih baik.
Komunikasi dirumuskan sebagai suatu proses penyampaian pesan/informasi
diantara beberapa orang. Karena
komunikasi melibatkan seorang pengirim, pesan/informasi saluran dan penerima
pesan yang mungkin juga memberikan umpan balik kepada pengirim untuk menyatakan
bahwa pesan telah diterima.
Komunikasi sangat penting dalam kehidupan manusia adalah makhluk social
yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lain. Dalam berkomunikasi
seseorang harus memiliki dasar yang akan menjadi patokan seseorang tersebut
dalam berkomunikasi. Dalam proses kita juga harus ingat bahwa terdapat banyak hambatan-hambatan dalam
berkomunikasi.
Tujuan komunikasi adalah
berhubungan dan mengajak dengan orang lain untuk mengerti apa yang kita
sampaikan dalam mencapai tujuan. Keterampilan berkomunikasi diperlukan dalam
bekerja sama dengan orang lain. Ada dua jenis komunikasi, yaitu verbal dan
nonverbal, komunikasi verbal atau tertulis dan komunikasi nonverbal atau bahasa
(gerak tubuh). Komunikasi dua arah terjadi bila pengiriman pesan dilakukan san
mendapatkan umpan balik. Seseorang dalam berkomunikasi pasti dapat merasakan
timbale balik antara pemberi informasi serta penerima informasi sehingga
terciptanya suatu hubungan yang mutualisme antara keduanya.
3.2 SARAN
Dengan disusunnya makalah ini, maka pembaca atau mahasiswa dapat mengerti
dan memahami pentingnya arti komunikasi dalam organisasi, didalam kehidupan
berorganisasi atau dikehidupan sehri-hari yang membutuhkan komunikasi.
Semoga makalah ini dapat diterima dan dimengerti serta berguna bagi pembaca
atau mahasiswa, dalam makalah ini kami mohon maaf jika ada tulisan kami atau
bahasa
kami kurang berkenan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.
kami kurang berkenan, dengan demikian kami mengharapkan kritik dan saran atas tulisan kami agar bisa membangun dan memotivasi kami agar membuat tulisan jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.okezone.com
https://dennyimamazhari.wordpress.com/2013/05/27/51-fungsi-komunikasi-dalam-organisasi/
http://www.psychologymania.com/2012/12/fungsi-komunikasi-dalam-organisasi.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar